Sabtu, 02 Maret 2013

Manifesto Gerakan Pelajar IPM

Gerakan pelajar di Indonesia dianggap mengalami kemunduran jauh dari periode awal revolusi dimana gerakan kaum pelajar menduduki actor sejarah paling utama disbanding dengan kelompok lain seperti buruh, tani, nelayan dan kaum aristokrasi traditional. Pasca reformasi, gerakan pelajar kembali disoroti semakin melembek dan kehilangan orientasi gerakan. IPM sebagai gerakan pelajar bercirikan modern dan islam mengalami dinamikanya sendiri. Meski secara paradigm mengalami transformasi namun sejatinya mindset sebagian besar anggota tidak berubah bahkan menghadapi persoalan internal yang tidak tuntas termasuk birokratisasi diri, elitism, problem bahasa pergerakan dan sebagainya yang menjadi hambatan tersendiri bagi proses transformasi gerakan .


IPM adalah sebuah organ hidup yang dinamis. Menggeliat jika ditekan, dan malawan jika terancam. Cirinya adalah bergerak seirama sejalan ketika melihat kemungkaran ditegakkan dan selalu gelisah melihat fenomena jahiliyah modern: westernaisasi, kapitalisme, globalisme, dan sebagainya. Benarkah nilai-nilai positif itu masih bisa diklaim oleh kader-kader atau simpatisan? Bisakah pasukan elite IPM di level pusat dan wilayah berfikir apa yang sedang terjadi setelah hampir separuh abad gerakan ini dilahirkan? Bisakah kita berfikir, refleksi kritis dan ideologis tentu akan memberikan bobot tersendiri bagi keberlangsungan kader dan pergerakan. Tidak bisa dipungkiri, bahwa bangsa ini masih butuh sumbangsih gerakan pelajar tetapi gerakan pelajar yang bagaimana yang memberikan ruang yang kondusif untuk perubahan—transformasi bangsa terutama dikalangan pelajar Indonesia. Melalui Pelatihan Kader Taruna Melati Utama ini diharapkan mampu menjadi forum curah gagasan untuk menggagas model gerakan IPM baru untuk sinergisitas nilai & perjuangan.
Falsafah Pergerakan IPM
IPM adalah sebuah gerakan pelajar (student movement), artinya IPM selalu melakukan gerakan-gerakan secara terus-menerus berpihak untuk kepentingan pelajar. Yang mana dalam pergerakannya IPM memperjuangkan Agama (tauhid), Ilmu, ummat, bangsa dan Negara. Tauhid dan Ilmu adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan dalam falsafah pergerakan IPM, kedua hal ini ialah ruh gerakan IPM sebelum membawa nilai-nilai yang lain. Bagi IPM bertauhid tanpa Ilmu ialah buta, bagaikan seoran sufi yang kehilangan tongkatnya. Sedangkan bila berilmu tanpa tauhid, akan berbahaya kerena ilmu tanpa tauhid akan membawa pada kerusakan. Selain dua hal di atas, apa yang dilakukan IPM harus berdampak pada ummat, Negara dan bangsa Indonesia. Sebagai bentuk kerahmatan semesta alam, IPM mengawal terbentuknya Baldatun Toyyibantun warabbun Ghofur, yaitu masyarakat utama yang berperadaban. Kesemuanya itu adalah manifestasi dari perjuangan tauhid dan ilmu. Sekarang yang menjadi salah satu ancaman IPM sendiri adalah muncul dari dalam atau inworld looking (kita bisa mudah mengidentifikasi ini) dan outworld looking (melihat realitas yang menjadi persoalan sehingga menjadi perioritas gerakan.
IPM memiliki paradigm gerakan, yaitu Gerakan kritis transformative IPM yang ditanfidzkan pada Muktamar Bandar Lampung adalah sebuah gerak lintasan jauh ke depan lalu dikerdilkan kembali dengan persoalan militansi, lalu diperkuat dengan kedaulatan pelajar dan dilenyapkan dengan pragmatism, kini muktamar terakhir menunjukkan menguatnya aliran developmentalisme dalam tubuh IPM. Ideologi semakin sirna dengan kemunculan ide pelajar kreatif yang dimanifestasikan dengan program komunitas sebagai basis gerakan tanpa bobot ideology dan miskin kerangka rekayasa social (social engineering). Disinilah dalam Taruna melati Utama di Bumi Raflesia, IPM melakukan refleksi dan evaluasi, sudahkah sinergi antara nilai-nilai yang diperjuangkan dengan tujuan yang dicapai, serta metode gerakan yang digunakan. Pada Taruna Melatu Utama kali ini ditemukan bahwa IPM mempunyai paradigma yang terdi dari tiga dimensi dalam melihat persoalan yang dihadarpi, yaitu keilmuan, kesadaran kritis-terbuka, dan hati suci, paradigm ini adalah dianggap relevan untuk IPM sekarang dan sesuai dengan falsafar KHA Dahlan.
Setelah berbicara paradigma, hal yang tidak boleh lepas karena menjadi kesatuan perjuangan ialah nilai-nilai (values). Diantara nilai-nilai yang menjadi perioritas perjuangan IPMada lima nilai, yaitu katauhidan, keilmuan, kekaderan, keorganisasian, dan kemanusiaan. Pertama, nilai ketahidan artinya IPM berjuang dan berkomitmen dalam upaya melakukan pemahaman terhadap pelajar muslim tentang tauhid yang benar. Yakni tauhid yang membebaskan dari hal-hal yang bersifat thoghut, kemudian menghasilkan pelajar yang sholih-muslih (sholih-dinamis) yang sholih secara individu dan mampu menyolehkan orang lain, dan lingkungan sekitar. Semua dibingkai dalam religious integral. Kedua, nilai keilmuan, artinya IPM meletakkan data, ralitas sosial, dan hasil-hasil kajian sebagai landasan berpikir dan bergerak, IPM meletakkan Al-qur’an sebagai sumber ilmu, kemudian mengaitkan antara konsep Al-Qur’an dan realitas sebagai dua hal yang tidak dapat terlepas, IPM memandang ilmu pengetahuan sebagai hal yang harus dikembangkan. Sehingga IPM memiliki semangat dalam mendukung, mewadahi, dan mengembangkan ilmu pengetahuan. IPM memandang ilmu sebagai konsep yang harus diaktualisasikan (diamalkan). IPM menganggap bahwa ilmu tanpa amal adalah pohon tanpa buah yang keberadaanya tidak memiliki manfaat, sehingga mampu mewujudkan pelajar yang berilmu.
Ketiga, nilai kekaderan. IPM dalam berjuang harus memperhatikan nilai kepenerusan atau kesinambungan gerakan. IPM berjuang bagaimana bisa membentuk kader (penerus) yang kuat dan mampu melanjutkan perjuangan Muhammadiyah. Nilai ini sangat penting dalam roh setiap organisasi atau gerakan, terutama organisasi Islam. Islam memang tidak akan lenyap dari bumi, tetapi Islam mampu hilang dari bumi Indonesia melalui organisasi-organisasi besar Islam yang musnah satu per satu, dan organisasi itu akan musnah jika tidak memiliki kader-kader yang meneruskan atau memiliki kader namun lemah (inleander) tak berdaya. IPM tidak cukup menghasilkan pemimpin (leader) namun pemimpin yang tidak buta huruf yang mempu bersaing dengan apapun untuk berjuang yang disebut dengan (cracker).
Keempat, nilai keorganisasian. Nilai ini sangat penting dimiliki oelh sebuah organisasi, kesatuan tujuan, sekelompok orang dan kerja sama atas dasar saling membutuhkan ini harus dipelihara dan diperjuangkan dalam IPM. IPM bergerak menjadi aksentuator Muhammadiyah, artinya jika Muhammadiya kurang terdengan bahlkan tidak ada gaungnya sedikitpun, IPM berperan melakukan aksentuasi untuk menggaungkan perjuangan Muhammadiyah. Sehingga nilai-nilai organisasi Muhammadiyah mampu tersampaikan pada masyarakat. Kelima, nilai kemanusiaan. pelajar tidak bisa dipisahkan dari realitas hidup. Pelajat bersama IPM dituntut untuk memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap realitas sosial. Pelajar bagaimanapun sempurna pribadinya, tidaklah akan mempunyai arti dan nilai hidupnya, kalau sifat kehidupannya secara perseorangan( sendiri-sendiri). IPM harus memiliki rasa cinta sesama manusia (filantropi), dan mampu membangun kehidupan bersama masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (masyarakat utama).
Selanjutnya berawal dari paradigma dan nilai yang diramu dalam satu tujuan, untuk mencapai tujuan itu IPM memiliki KHITTAH PERJUANGAN IPM yang menjadi misi aktif sebagai garis perjuangan: 1. Menanamkan nilai-nilai ketauhidan pelajar sehingga memiliki karakter kesolehan yang dinamis, 2. Memperkokoh tradisi semangat membaca, menulis, diskusi, dan berprestasi. 3. Membangun karakter kader terutama para level pimpinan IPM sehingga mampu melakukan transformasi sosial pelajar. 4. Meneguhkan identitas organisasi sebagai gerakan pelajar populis dikalangan pelajar 5. Menguatkan komunikasi antara pimpinan dengan pimpinan dan pimpinan dengan anggota mulai dari pimpinan pusat sampai pimpinan ranting, 6. Membentuk Counter Culture, dan 7. Membumikan semangat nasionalisme dalam jiwa pelajar.
Kemudian wujud dari khittah tersebut diturunkan dalam Agenda Aksi yang sesuai denga realitas pelajar, dalam TMU Bumi Raflesia kali ini IPM memiliki beberapa agenda aksi diantaranya: Gerakan Tauhid Amal, Garakan Pelajar Berprestasi, Gerakan Kader, Gerakan Filantropi, serta gerakan cinta Indonnesia. Semua itu dalam rangka mewujudkan tujuan besar IPM, yakni “Terbentuknya pelajar yang bertaqwa, berilmu, dan terampil yang mampu meneruskan perjuangan Muhammadiyah dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar