Gerakan pelajar di
Indonesia dianggap mengalami kemunduran jauh dari periode awal revolusi
dimana gerakan kaum pelajar menduduki actor sejarah paling utama
disbanding dengan kelompok lain seperti buruh, tani, nelayan dan kaum
aristokrasi traditional. Pasca reformasi, gerakan pelajar kembali
disoroti semakin melembek dan kehilangan orientasi gerakan. IPM sebagai
gerakan pelajar bercirikan modern dan islam mengalami dinamikanya
sendiri. Meski secara paradigm mengalami transformasi namun sejatinya
mindset sebagian besar anggota tidak berubah bahkan menghadapi persoalan
internal yang tidak tuntas termasuk birokratisasi diri, elitism,
problem bahasa pergerakan dan sebagainya yang menjadi hambatan
tersendiri bagi proses transformasi gerakan
.
IPM
adalah sebuah organ hidup yang dinamis. Menggeliat jika ditekan, dan
malawan jika terancam. Cirinya adalah bergerak seirama sejalan ketika
melihat kemungkaran ditegakkan dan selalu gelisah melihat fenomena
jahiliyah modern: westernaisasi, kapitalisme, globalisme, dan
sebagainya. Benarkah nilai-nilai positif itu masih bisa diklaim oleh
kader-kader atau simpatisan? Bisakah pasukan elite IPM di level pusat
dan wilayah berfikir apa yang sedang terjadi setelah hampir separuh abad
gerakan ini dilahirkan? Bisakah kita berfikir, refleksi kritis dan
ideologis tentu akan memberikan bobot tersendiri bagi keberlangsungan
kader dan pergerakan. Tidak bisa dipungkiri, bahwa bangsa ini masih
butuh sumbangsih gerakan pelajar tetapi gerakan pelajar
yang bagaimana yang memberikan ruang yang kondusif untuk
perubahan—transformasi bangsa terutama dikalangan pelajar Indonesia.
Melalui Pelatihan Kader Taruna Melati Utama ini diharapkan mampu menjadi
forum curah gagasan untuk menggagas model gerakan IPM baru untuk
sinergisitas nilai & perjuangan.
Falsafah Pergerakan IPM
IPM adalah sebuah gerakan pelajar (student movement),
artinya IPM selalu melakukan gerakan-gerakan secara terus-menerus
berpihak untuk kepentingan pelajar. Yang mana dalam pergerakannya IPM
memperjuangkan Agama (tauhid), Ilmu, ummat, bangsa dan Negara. Tauhid
dan Ilmu adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan dalam falsafah
pergerakan IPM, kedua hal ini ialah ruh gerakan IPM sebelum membawa
nilai-nilai yang lain. Bagi IPM bertauhid tanpa Ilmu ialah buta,
bagaikan seoran sufi yang kehilangan tongkatnya. Sedangkan bila berilmu
tanpa tauhid, akan berbahaya kerena ilmu tanpa tauhid akan membawa pada
kerusakan. Selain dua hal di atas, apa yang dilakukan IPM harus
berdampak pada ummat, Negara dan bangsa Indonesia. Sebagai bentuk
kerahmatan semesta alam, IPM mengawal terbentuknya Baldatun Toyyibantun
warabbun Ghofur, yaitu masyarakat utama yang berperadaban. Kesemuanya
itu adalah manifestasi dari perjuangan tauhid dan ilmu. Sekarang yang
menjadi salah satu ancaman IPM sendiri adalah muncul dari dalam atau
inworld looking (kita bisa mudah mengidentifikasi ini) dan outworld
looking (melihat realitas yang menjadi persoalan sehingga menjadi
perioritas gerakan.
IPM
memiliki paradigm gerakan, yaitu Gerakan kritis transformative IPM yang
ditanfidzkan pada Muktamar Bandar Lampung adalah sebuah gerak lintasan
jauh ke depan lalu dikerdilkan kembali dengan persoalan militansi, lalu
diperkuat dengan kedaulatan pelajar dan dilenyapkan dengan pragmatism,
kini muktamar terakhir menunjukkan menguatnya aliran developmentalisme
dalam tubuh IPM. Ideologi semakin sirna dengan kemunculan ide pelajar kreatif
yang dimanifestasikan dengan program komunitas sebagai basis gerakan
tanpa bobot ideology dan miskin kerangka rekayasa social (social
engineering). Disinilah dalam Taruna melati Utama di Bumi Raflesia, IPM
melakukan refleksi dan evaluasi, sudahkah sinergi antara nilai-nilai
yang diperjuangkan dengan tujuan yang dicapai, serta metode gerakan yang
digunakan. Pada Taruna Melatu Utama kali ini ditemukan bahwa IPM
mempunyai paradigma yang terdi dari tiga dimensi dalam melihat persoalan
yang dihadarpi, yaitu keilmuan, kesadaran kritis-terbuka, dan hati suci, paradigm ini adalah dianggap relevan untuk IPM sekarang dan sesuai dengan falsafar KHA Dahlan.
Setelah
berbicara paradigma, hal yang tidak boleh lepas karena menjadi kesatuan
perjuangan ialah nilai-nilai (values). Diantara nilai-nilai yang
menjadi perioritas perjuangan IPMada lima nilai, yaitu katauhidan,
keilmuan, kekaderan, keorganisasian, dan kemanusiaan. Pertama, nilai ketahidan
artinya IPM berjuang dan berkomitmen dalam upaya melakukan pemahaman
terhadap pelajar muslim tentang tauhid yang benar. Yakni tauhid yang
membebaskan dari hal-hal yang bersifat thoghut, kemudian
menghasilkan pelajar yang sholih-muslih (sholih-dinamis) yang sholih
secara individu dan mampu menyolehkan orang lain, dan lingkungan
sekitar. Semua dibingkai dalam religious integral. Kedua, nilai keilmuan,
artinya IPM meletakkan data, ralitas sosial, dan hasil-hasil kajian
sebagai landasan berpikir dan bergerak, IPM meletakkan Al-qur’an sebagai
sumber ilmu, kemudian mengaitkan antara konsep Al-Qur’an dan realitas
sebagai dua hal yang tidak dapat terlepas, IPM memandang ilmu
pengetahuan sebagai hal yang harus dikembangkan. Sehingga IPM memiliki
semangat dalam mendukung, mewadahi, dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
IPM memandang ilmu sebagai konsep yang harus diaktualisasikan
(diamalkan). IPM menganggap bahwa ilmu tanpa amal adalah pohon tanpa
buah yang keberadaanya tidak memiliki manfaat, sehingga mampu mewujudkan
pelajar yang berilmu.
Ketiga, nilai kekaderan.
IPM dalam berjuang harus memperhatikan nilai kepenerusan atau
kesinambungan gerakan. IPM berjuang bagaimana bisa membentuk kader
(penerus) yang kuat dan mampu melanjutkan perjuangan Muhammadiyah. Nilai
ini sangat penting dalam roh setiap organisasi atau gerakan, terutama
organisasi Islam. Islam memang tidak akan lenyap dari bumi, tetapi Islam
mampu hilang dari bumi Indonesia melalui organisasi-organisasi besar
Islam yang musnah satu per satu, dan organisasi itu akan musnah jika
tidak memiliki kader-kader yang meneruskan atau memiliki kader namun
lemah (inleander) tak berdaya. IPM tidak cukup menghasilkan pemimpin
(leader) namun pemimpin yang tidak buta huruf yang mempu bersaing dengan
apapun untuk berjuang yang disebut dengan (cracker).
Keempat, nilai keorganisasian.
Nilai ini sangat penting dimiliki oelh sebuah organisasi, kesatuan
tujuan, sekelompok orang dan kerja sama atas dasar saling membutuhkan
ini harus dipelihara dan diperjuangkan dalam IPM. IPM bergerak menjadi
aksentuator Muhammadiyah, artinya jika Muhammadiya kurang terdengan
bahlkan tidak ada gaungnya sedikitpun, IPM berperan melakukan aksentuasi
untuk menggaungkan perjuangan Muhammadiyah. Sehingga nilai-nilai
organisasi Muhammadiyah mampu tersampaikan pada masyarakat. Kelima, nilai kemanusiaan.
pelajar tidak bisa dipisahkan dari realitas hidup. Pelajat bersama IPM
dituntut untuk memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap realitas
sosial. Pelajar bagaimanapun sempurna pribadinya, tidaklah akan
mempunyai arti dan nilai hidupnya, kalau sifat kehidupannya secara
perseorangan( sendiri-sendiri). IPM harus memiliki rasa cinta sesama
manusia (filantropi), dan mampu membangun kehidupan bersama masyarakat
dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
(masyarakat utama).
Selanjutnya berawal dari paradigma dan nilai yang diramu dalam satu tujuan, untuk mencapai tujuan itu IPM memiliki KHITTAH PERJUANGAN IPM
yang menjadi misi aktif sebagai garis perjuangan: 1. Menanamkan
nilai-nilai ketauhidan pelajar sehingga memiliki karakter kesolehan yang
dinamis, 2. Memperkokoh tradisi semangat membaca, menulis, diskusi, dan
berprestasi. 3. Membangun karakter kader terutama para level pimpinan
IPM sehingga mampu melakukan transformasi sosial pelajar. 4. Meneguhkan
identitas organisasi sebagai gerakan pelajar populis dikalangan pelajar
5. Menguatkan komunikasi antara pimpinan dengan pimpinan dan pimpinan
dengan anggota mulai dari pimpinan pusat sampai pimpinan ranting, 6.
Membentuk Counter Culture, dan 7. Membumikan semangat nasionalisme dalam jiwa pelajar.
Kemudian wujud
dari khittah tersebut diturunkan dalam Agenda Aksi yang sesuai denga
realitas pelajar, dalam TMU Bumi Raflesia kali ini IPM memiliki beberapa
agenda aksi diantaranya: Gerakan Tauhid Amal, Garakan Pelajar
Berprestasi, Gerakan Kader, Gerakan Filantropi, serta gerakan cinta
Indonnesia. Semua itu dalam rangka mewujudkan tujuan besar IPM, yakni
“Terbentuknya pelajar yang bertaqwa, berilmu, dan terampil yang mampu
meneruskan perjuangan Muhammadiyah dalam rangka mewujudkan masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar